Jumat, 16 Desember 2011

bahasa indonesia


Materi: III

BAHASA INDONESIA PRAKTIS[1]

 

JURUSAN  : TARBIYAH STAIN SURAKARTA

PRODI       : PBA

Dosen       : Drs. Abdullah Faishol, M.Hum.

RINGKASAN
DAFTAR ISI
KATA PERTAMA
KATA KEDUA
orang yang mengusulkan calon pemenang
orang yang dicalonkan/diunggulkan sebagai pemenang
orang yang memimpin
hasil dari proses memimpin
Tiap-tiap dan Masing-Masing
·    selalu diikuti kata benda yang diterangkan
·    tidak digunakan pada akhir kalimat
·    selalu didahului kata benda yang diterangkan
·    dapat digunakan pada akhir kalimat
garis haluan
kepandaian, akal budi, kecakapan
Lazim
tidak lazim (verba+wan)
Salah
benar
diikuti langsung dengan nomina
tidak secara langsung diikuti nomina
masa, jangka waktu
saat, waktu
tidak tepat
tepat
nomina, penganjur paham anarkisme
bersifat anarki
orang yang terbaik
orang/regu yang menang lomba
gabungan sebagai anggota atau cabang
organisasi atau kumpulan orang dengan tujuan yang sama
sebagian dari beberapa
sama dengan setengah, kecuali untuk jam dan bilangan
dapat berarti saat yang akan datang, masa depan
mengesokkan=menangguhkan sampai waktu yang akan datang
selalu berarti hari sesudah hari ini
membesokkan=menangguhkan sampai satu hari kemudian
menjumpai, mengunjungi
mendapatkan sesuatu baik yang pernah ada (=temuan) maupun yang belum pernah ada (=temuan/invensi)
pihak/orang yang memohon
orang yang dimintai permohonan (mis, pemulihan nama baik)
Salah
betul
tersirat makna dua pihak yang berhadapan
antarpihak yang terlibat tidak saling berhadapan
dimulai dengan produk yang sudah ada dan perlu dilakukan usaha keras agar tercapai penjualan yang menghasilkan laba
dimulai dengan sasaran pelanggan perusahaan, kemudian memadukan dan mengoordinasikan semua kegitan yang akan mempengaruhi kepuasan pelanggan sehingga perusahaan akan mencapai laba melalui upaya penciptaan dengan mempertahankan kepuasan pelanggan itu
satu kali
1. kadang-kadang, tidak sering, tidak selalu, coba-coba
2. sama sekali, sedikit pun (tidak), sedikit pun jangan
digunakan untuk menandai tempat, baik yang konkret maupun yang abstrak
menandai waktu
menerangkan kata atau kelompok kata yang mengiringinya
menerangkan kata atau kelompok kata yang mendahuluinya
Penggunaan kata hanya dan saja secara bersama-sama untuk menerangkan kata atau kelompok kata yang sama bersifat mubazir
berkaitan dengan sebuah negara
berkenaan dengan kelompok sosial yang tinggal di suatu wilayah negara
Salah
benar karena diserap secara utuh dari bahasa Inggris "debit". Kata-kata yang betul lainnya: debitor, apotek, apoteker, praktik, praktikum, provinsi, provinsialisme
·   mencakupi makna 'cukup sekian'
·   dapat dirangkaikan dengan partikel –lah atau –kah
·   dapat berdiri sendiri sebagai unsur tunggal di dalam klausa
·   dapat digunakan dalam bentuk inversi
·   mempunyai hubungan yang renggang dengan predikat (antara predikat dan sudah dapat disisipi mau, harus, akan, atau tidak)
·   tidak mencakupi makna 'cukup sekian'
·   tidak dapat dirangkaikan dengan partikel –lah atau –kah
·   tidak dapat berdiri sendiri sebagai unsur tunggal di dalam klausa
·   tidak dapat digunakan dalam bentuk inversi
·   mempunyai hubungan yang rapat dengan predikat
meminta keterangan tentang sesuatu
menjadikan sesuatu sebagai bahan bertanya-tanya
·    tidak dapat menandai makna 'sasaran'
·    dapat menandai makna 'tujuan' atau 'penerima'
·    dapat menandai makna 'sasaran'
·    tidak dapat menandai makna 'tujuan' atau 'penerima'


Benar, diserap dari "decreten" (Belanda)
Berikut ini adalah ejaan yang benar: konkret, atmosfer, sistem, eksem, ekstrem, apotek, kredit
Salah, diserap dari (ejaan) "decree" (Inggris)
Berikut ini adalah ejaan yang salah: konkrit, atmosfir', sistim, eksim, ekstrim, apotik, kridit
benar
Istilah lain yang benar: frekuensi, zikir, azan
salah
Istilah lain yang salah: frekwensi, dzikir, adzan
benar
Istilah lain yang benar: saat, salam
salah
dalam bahasa cakapan salah satu makna kata suka ialah 'sering' sehingga kata sering dapat digantikan dengan kata suka
tidak semua kata suka dapat digantikan dengan kata sering
kata elite harus diucapkan /elite/, bukan /elit/
bonafide harus diucapkan /bonafide/, bukan /bonafid/
faksimile harus diucapkan /faksimile/, bukan /faksimil/, /feksimil/ atau /feksemail/

yang paling dihormati dalam forum tertentu
yang saya beri hormat
keadaan menganggur, sama seperti:
·    langganan 'tempat berlagganan'
·    eceran 'ketengan (tentang penjualan atau pembelian barang dagangan)'
·    asongan 'barang dagangan yang disodorkan atau diperlihatkan kepada orang lain dengan harapan agar dibeli'
orang yang menganggur, sama seperti:
·   pelanggan 'orang yang membeli (menggunakan) barang secara tetap'
·   pengecer 'orang yang menjual barang dagangan secara eceran'
·   pengasong 'pedagang barang asongan yang menjajakan barang dagangannya agar dibeli'

Nominator dan Nomine

Permasalahan
Dalam setiap perlombaan atau festival hampir selalu ada beberapa orang yang diunggulkan untuk dicalonkan sebagai pemenang. Orang atau sesuatu yang dicalonkan sebagai pemenang itu disebut nominator. Kadang-kadang ada juga yang menyebutnya nomine. Manakah di antara kedua kata itu yang tepat penggunaannya?
Penjelasan
Kata nominator berasal dari kata kerja nominate (Inggris), berarti 'mengusulkan atau mengangkat (seseorang) sebagai calon pemenang atau penerima hadiah', dan nominator berarti 'orang yang mengusulkan calon pemenang'. Oleh karena itu, penggunaan kata nominator untuk menyatakan makna 'calon yang diunggulkan sebagai pemenang' tidak tepat.
Untuk menyatakan 'orang yang dicalonkan atau yang diunggulkan sebagai pemenang', lebih tepat digunakan kata nomine (Inggris: "nominee"), bukan nominator. Selain itu, kata unggulan juga dapat digunakan untuk mengungkapkan makna itu.

Pemimpin dan Pimpinan

Permasalahan
Kata pemimpin dan pimpinan sama-sama merupakan kata baku di dalam bahasa Indonesia. Kedua kata itu dapat digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia dengan makna yang berbeda.
Penjelasan
Kata pemimpin mengandung dua makna, yaitu 'orang yang memimpin' dan 'petunjuk' atau 'pedoman'. Dari maknanya yang kedua dapat diketahui bahwa buku, misalnya, yang digunakan sebagai petunjuk atau pedoman, selain dapat disebut buku petunjuk atau buku pedoman, juga disebut buku pemimpin.
Kata pimpinan ada hubungannya dengan memimpin. Dalam hal ini, pimpinan merupakan hasil dari proses memimpin, seperti halnya binaan merupakan hasil dari proses membina atau bangunan merupakan hasil dari membangun. Kata pimpinan juga mempunyai arti lain, yaitu 'kumpulan para pemimpin'. Dalam pengertian itu, kata pimpinan lazim digunakan dalam ungkapan seperti rapat pimpinan, unsur pimpinan, atau pimpinan unit. Sejalan dengan itu, akhiran –an pada kata pimpinan bermakna 'kumpulan', yakni 'kumpulan para pemimpin', seperti lautan yang bermakna 'kumpulan laut' dan daratan 'kumpulan darat'.

Masing-Masing dan Tiap-Tiap

Permasalahan
Sebagai penutur bahasa Indonesia keliru menggunakan kata masing-masing dan tiap-tiap. Perhatikan contoh berikut.
1.       Masing-masing ketua regu harap memakai nomor urut peserta di dada dan dipunggungnya.
2.       Tiap-tiap ketua regu harap memakai nomor urut peserta di dada dan di punggungnya.
3.       Biaya pameran itu dibebankan kepada masing-masing unit pelaksana teknis.
4.       Biaya pameran itu dibebankan kepada tiap-tiap unit pelaksana teknis.
Penjelasan
Jika kita perhatikan kalimat (2) dan (4), tampaknya masing-masing dan tiap-tiap dapat saling menggantikan.
Kata tiap-tiap mempunyai arti yang sangat mirip dengan kata masing-masing karena keduanya termasuk kata bilangan distributif. Namun, apakah pemakaian kedua kata itu pada contoh kalimat di atas sama-sama benar? Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
Benar
1.       Semua siswa akan mendapatkan buku. Tiap-tiap siswa mendapat satu buah.
2.       Seusai upacara, murid-murid kembali ke kelasnya masing-masing.
3.       Seusai upacara, tiap-tiap murid kembali ke kelasnya masing-masing.
4.       Tiap-tiap kelas membersihkan ruang masing-masing.
5.       Kita harus menghormati orang tua kita masing-masing.
Tidak Tepat
1.       Semua siswa akan mendapatkan buku. Masing-masing siswa mendapat satu buah.
2.       Seusai upacara, masing-masing murid kembali ke kelas.
3.       Masing-masing kelas membersihkan tiap-tiap ruang.
4.       Kita harus menghormati tiap-tiap orang tua kita.
Dari contoh-contoh kalimat tersebut, jelaslah bahwa kata tiap-tiap selalu diikuti/diiringi kata benda (nomina) yang diterangkan dan tidak digunakan pada akhir kalimat, sedangkan kata masing-masing penggunaannya selalu didahului kata benda (nomina) yang diterangkan (antesedannya) dan dapat digunakan pada akhir kalimat.

Kebijakan dan Kebijaksanaan

Kata bijak memiliki arti 'akal budi, pandai, arif, tajam pikiran, dan mahir'. Pada "Ia seorang raja yang bijak", berarti 'Ia seorang raja yang pandai menggunakan akal budinya'.
Kata kebijakan berasal dari bentuk dasar bijak yang mendapat imbuhan gabung ke-...-an. Kata ini mengandung makna garis haluan ("policy" dalam bahasa Inggris). Perhatikan contoh kalimat berikut.
Garis haluan kebahasaan harus menyiratkan butir-butir permasalahan dan cara pemecahannya sesuai dengan situasi dan kondisi bahasa dan masyarakat pemakainya.
Garis haluan, sebagai istilah, mengandung makna (1) 'rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpin, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi)'; (2) 'pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencari sasaran'.
Selain kata kebijakan, terdapat pula kata kebijaksanaan dalam bahasa Inggris "wisdom"). Kata kebijaksanaan mengandung makna (1) 'kepandaian menggunakan akal budi (pengalaman dan pengetahuan)' dan (2) 'kecakapan (seseorang) bertindak apabila atau ketika menghadapi kesulitan.'
Kata itu berasal dari kata bijaksana mendapat imbuhan gabung ke-...-an. Pada bijaksana terkandung makna kata bijak, yakni 'akal budi, arif, atau tajam pikiran' sehingga kata bijaksana dapat berarti 'pandai dan cermat serta teliti ketika atau dalam menghadapi kesulitan dan sebagainya'.
Makna kata kebijaksanaan lebih luas daripada makna kata bijaksana. Perhatikan contoh pemakaian tersebut pada kalimat berikut.
  1. Ia sangat bijaksana dalam menjawab setiap pertanyaan yang menyangkut kebijakan organisasi.
  2. Berkat kebijaksanaan beliau, kerukunan antarumat beragama i daerah ini selalu terpelihara.
  3. Pemecahan masalah yang pelik ini sepenuhnya bergantung kepada kebijaksanaan pemuka adat dan tokoh masyarakat.

Pemirsa dan Pirsawan

Kata pirsa jika diberi imbuhan pe- menjadi pemirsa. Kata pirsa (berkategori verba) berasal dari bahasa daerah yang berarti 'tahu' atau 'melihat'. Kata pemirsa, berarti 'orang yang melihat atau mengetahui'. Kata itu kemudian digunakan sebagai istilah di dalam media massa elektronik, khususnya televisi, yang secara khusus diberi makna 'orang yang menonton/melihat siaran televisi atau penonton televisi'.
Prefiks pe- (bertalian dengan prefiks verbal me-) di dalam bahasa Indonesia, antara lain, mengandung makna 'orang yang me-' atau 'orang yang melakukan'.
Kata pirsawan sebaiknya dihindari sebab kata itu dibentuk dari kata dasar verba pirsa dan imbuhan –wan, yang merupakan bentukan kata yang tidak lazim. Imbuhan –wan lazim dilekatkan pada kata dasar yang berupa nomina, seperti:
harta -> hartawan, dan  
warta -> wartawan      atau dilekatkan pada adjektiva, seperti setia -> setiawan

Menyolok atau Mencolok

Permasalahan:
Kata menyolok dan mencolok sama-sama sering digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia. Meskipun demikian, di antara keduanya hanya satu bentukan yang sesuai dengan kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia.
Penjelasan
Untuk mengetahui bentukan kata yang benar, kita perlu mengetahui kata dasar dari bentukan itu. Untuk itu, kita dapat memeriksanya di dalam kamus. Dalam kamus bahasa Indonesia, terutama Kamus Besar Bahasa Indonesia, ternyata hanya ada kata colok
Tampaknya, perbedaan bentukan kata itu timbul karena adanya perbedaan pemahaman mengenai proses terjadinya bentukan kata itu. Sesuai dengan kaidah, kata dasar yang berawal dengan fonem /c/, misalnya cuci dan cium, jika mendapat imbuhan me-, bentukannya menjadi mencuci dan mencium, bukan menyuci dan menyium, karena fonem /c/ pada awal kata dasar tidak luluh.
Sejalan dengan penjelasan tersebut, kata dasar colok yang juga berawal dengan fonem /c/, jika mendapat imbuhan me-, bentukannya menjadi mencolok, bukan menyolok. Dengan demikian, dalam bahasa Indonesia bentuk kata yang baku adalah mencolok bukan menyolok.
Kata mencolok disamping mempunyai makna 'memasukkan benda ke mata', juga dapat bermakna 'perbedaan yang sangat tajam'. Perbedaan makna itu dapat dilihat dari konteks penggunaannya. Contoh:
  1. Anak itu mencolok mata adiknya dengan telunjuknya.
  2. Perbedaan pendapatan antara masyarakat desa dan masyarakat kota sangat mencolok.

Suatu dan Sesuatu

Kata suatu dengan sesuatu masing-masing mempunyai perilaku bahasa yang berbeda. Kata suatu diikuti langsung nomina, sedangkan kata sesuatu tidak secara langsung diikuti nomina, tetapi hanya dapat diikuti oleh keterangan pewatas yang didahului oleh konjungtor yang atau keterangan lain atau dapat digunakan pada akhir kalimat tanpa diiringi kata apa pun. Contoh:
suatu
  1. Pada suatu masa nanti, ia akan menyadari kesalahannya.
  2. Menurut sahibul hikayat, di suatu negeri antah berantah, ada seorang raja yang tidak dapat tidur.
  3. Pada suatu hari sang Permaisuri ingin sekali menjenguk putrinya di taman keputren.
  4. Saya melihat suatu peristiwa yang amat indah.
sesuatu
  1. Saya melihat tanda-tanda akan terjadinya sesuatu di dalam perjalanan kita ini.
  2. Jika kamu menemukan sesuatu di jalan, sedangkan sesuatu itu bukan barang milikmu, janganlah sekali-kali engkau memungutnya.
  3. Aku yakin bahwa di antara mereka berdua tidak mungkin terjadi sesuatu. Mereka berdua bersahabat sejak kecil dan teman sepermainanku.
  4. Tidak ada sesuatu yang sukar bagi mereka yang mau berusaha secara sungguh-sungguh.
  5. Ada sesuatu yang belum saya pahami mengenai hal itu.

Jam dan Pukul

Permasalahan
Kata jam dan pukul masing-masing mempunyai makna sendiri, yang berbeda satu sama lain. Hanya saja, sering kali pemakaian bahasa kurang cermat dalam menggunakan kedua kata itu masing-masing sehingga tidak jarang digunakan dengan maksud yang sama.
Penjelasan
Kata jam menunjukkan makna 'masa atau jangka waktu', sedangkan kata pukul mengandung pengertian 'saat atau waktu'. Dengan demikian, jika maksud yang ingin diungkapkan adalah 'waktu atau saat', kata yang tepat digunakan adalah pukul, seperti pada contoh berikut:
1.       Rapat itu akan dimulai pada pukul 10.00
2.       Toko kami ditutup pada pukul 21.00
Sebaiknya, jika yang ingin diungkapkan itu 'masa' atau 'jangka waktu', kata yang tepat digunakan adalah jam, seperti pada kalimat contoh berikut:
1.       Kami bekerja selama delapan jam sehari.
2.       Jarak tempuh Jakarta-Bandung dengan kereta api sekitar dua jam.
Selain digunakan untuk menyatakan arti 'masa' atau 'jangka waktu', kata jam juga berarti 'benda penunjuk waktu' atau 'arloji', seperti pada kata jam dinding dan jam tangan.

Relawan atau Sukarelawan

Permasalahan
Dalam pemakaian bahasa Indonesia sering kita temukan penggunaan kata relawan dan sukarelawan. Penggunaan kedua kata itu menyebabkan sebagian pemakai bahasa mempertanyakan bentuk manakah yang benar dari kedua kata itu?
Penjelasan
Dalam hal ini, kita perlu memahami bahwa imbuhan –wan itu berasal dari bahasa Sanskerta. Imbuhan itu digunakan bersama kata nomina, seperti pada kata-kata berikut:
1.       Bangsa + -wan -> bangsawan
2.       Harta + -wan -> hartawan
3.       Rupa + -wan -> rupawan
Imbuhan itu menyatakan tentang 'orang yang memiliki benda seperti yang disebutkan pada kata dasar'. Jadi, bangsawan berarti 'orang yang memiliki bangsa' atau 'keturunan raja dan/atau kerabatnya'; hartawan 'orang yang memiliki harta', dan rupawan 'orang yang memiliki rupa elok' atau 'orang yang elok rupa'.
Dalam perkembangannya, arti imbuhan –wan meluas. Pada kata ilmuwan , negarawan , dan fisikawan , misalnya, imbuhan –wan menyatakan 'orang yang ahli dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya'. Dengan demikian, ilmuwan berarti 'orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu'; negarawan 'orang yang ahli dalam bidang kenegaraan'; dan fisikawan 'orang yang ahli dalam bidang fisika'.
Pada kata seperti olahragawan , peragawan , dan usahawan , imbuhan –wan berarti 'orang yang berprofesi dalam bidang yang disebutkan pada kata dasar'. Jadi, olahragawan berarti 'orang yang memiliki profesi dalam bidang olahraga'; peragawan 'orang yang berprofesi dalam bidang peragaan'; dan usahawan 'orang yang berprofesi dalam bidang usaha (tertentu)'.
Pada contoh itu terlihat bahwa imbuhan –wan pada umumnya dilekatkan pada kata benda (nomina), seperti bangsa , harta , ilmu , olahraga , usaha , dan peraga . Imbuhan –wan tidak pernah dilekatkan pada kata kerja (verba).
Berdasarkan kenyataan itu, penggunaan imbuhan –wan pada kata relawan dipandang tidak tepat. Hal itu sama kasusnya dengan penambahan –wan pada kata kerja pirsa yang menjadi pirsawan (lihat #Pemirsa dan Pirsawan). Dalam hal ini pilihan bentuk kata yang benar adalah pemirsa, yaitu orang yang melihat dan memperhatikan atau menonton siaran televisi.
Kata sukarelawan mengandung pengertian orang yang dengan sukacita melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa. Kata sukarelawan ini berasal dari kata dasar sukarela dan imbuhan –wan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:970) pun, bentukan kata yang ada adalah sukarelawan, sedangkan kata relawan tidak ada. Oleh karena itu, kata yang sebaiknya kita gunakan adalah sukarelawan, bukan relawan.

Anarkis atau Anarkistis

Permasalahan
Dalam berbahasa, kata anarkis tampaknya lebih banyak digunakan daripada kata anarkistis. Kedua kata itu sering kali digunakan dalam pengertian yang tertukar. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut.
Para demonstran diharapkan tidak melakukan tindakan yang anarkis.
Penjelasan
Kata anarkis pada kalimat itu tidak tepat. Untuk mengetahui hal itu, kita perlu memahami pengertian kata anarkis. Kata anarkis (bahasa Inggris: "anarchist") berkelas nomina dan bermakna 'penganjur (penganut) pahan anarkisme' atau 'orang yang melakukan tindakan anarki'. Dari pengertian tersebut ternyata kata anarkis bermakna 'pelaku', bukan 'sifat anarki'. Padahal, kata yang diperlukan dalam kalimat tersebut adalah kata sifat untuk melambangkan konsep 'bersifat anarki'. Dalam hal ini, kata yang menyatakan 'sifat anarki' adalah anarkistis, bukan anarkis. Kata anarkis sejalan dengan linguis 'ahli bahasa' atau pianis 'pemain piano' sedangkan anarkistis sejalan dengan optimistis 'bersifat optimis' dan pesimistis 'bersifat pesimis'. Dengan demikian, kata anarkis pada kalimat tersebut lebih baik diganti dengan kata anarkistis sehingga kalimatnya menjadi sebagai berikut.
Para demonstran diharapkan tidak melakukan tindakan yang anarkistis.
Permasalahan
Lalu, bagaimanakah penggunaan kata anarkis yang tepat?
Penjelasan
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, kata anarkis bermakna 'pelaku', yaitu 'orang yang melakukan tindakan anarki'. Oleh karena itu, penggunaannya yang tepat adalah untuk menyatakan 'pelaku' atau 'orang yang melakukan tindakan anarki'. Contohnya dapat disimak pada kalimat berikut:
Pemerintah mengingatkan masyarakat agar tidak berlaku sebagai anarkis dalam melakukan unjuk rasa.
Perlu pula diketahui kata anarki bermakna (1) 'hal tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan, atau ketertiban'; (2) 'kekacauan (dalam suatu negara)'. Anarkisme bermakna 'ajaran (paham) yang menentang setiap kekuatan negara; teori politik yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan undang-undang'.

Juara dan Pemenang

Permasalahan
Adakah perbedaan makna kata juara dan pemenang?
Penjelasan
Untuk mengetahui jawaban pertanyaan itu, kita perlu mengetahui makna kedua kata itu.
            juara
1.       'orang (regu) yang mendapat kemenangan dalam pertandingan terakhir
2.       'ahli; terpandai dalam suatu (pelajaran dan sebagainya)'
3.       'pendekar; jagoan'
4.       'pengatur dan pelerai dalam persabungan ayam'
5.       'pemimpin peralatan (pesta dan sebagainya)'.
            pemenang
'orang (pihak) yang menang'
Kata pemenang dapat dipakai untuk menyatakan orang terpandai di kelas. Misalnya, "Didi adalah juara I di kelasnya", tetapi tidak pernah dikatakan "Didi adalah pemenang I di kelasnya".
Sebaliknya, kata juara dipakai untuk orang atau regu yang menang bertanding atau berlomba ataupun orang terhebat dalam sesuatu (pelajaran dan sebagainya). Namun, kata juara tidak dipakai untuk menyebut orang yang memenangi undian. Misalnya, "Dia pemenang I undian terhadian" itu, tetapi tidak pernah dikatakan "Dia juara pertama undian berhadiah itu".

Afiliasi dan Asosiasi

Permasalahan
Kata afiliasi sering digunakan, seperti pada "SMU Afiliasi" atau "perguruan tinggi afiliasi".
Penjelasan
Afiliasi adalah 'gabungan sebagai anggota atau cabang'. Setiap anggota atau cabang itu mempunyai hubungan berjenjang naik dengan pusat yang digabunginya. Misalnya, "sebuah universitas yang belum lama dirikan dan masih belum maju serta belum berprestasi tinggi di bidang akademis berafililasi dengan universitas yang maju, modern, dan berprestasi tinggi". Universitas yang masih muda dan belum maju itu merupakan afiliasi, anggota, atau cabang dari universitas yang sudah maju dan modern.
Asosiasi (bahasa Inggris: "association") adalah 'organisasi atau kumpulan orang yang memiliki satu tujuan yang sama (biasanya) yang bertujuan positif'. Kata asosiasi biasanya digunakan untuk menyatakan hubungan bagi organisasi yang berbadan hukum.

Setengah dan Separo

Kata setengah atau separo merupakan kata bilangan yang menyatakan seperdua. Kata setengah dan separo memiliki persamaan dan perbedaan arti. Persamaan arti cenderung menyebabkan kata itu dapat saling menggantikan di dalam konteks kalimat yang sama, sedangkan perbedaan arti menyebabkan kata itu tidak dapat saling menggantikan pada konteks yang sama.
Kata setengah bermakna 'sebagian (sejumlah) dari beberapa (seluruhnya)'. Contoh:
  1. Setengah dari jumlah balita di desa diperkirakan kekurangan gizi.
  2. Warisan orang tuanya dibagi untuk dua anaknya, masing-masing mendapat setengah bagian.
Kata separo juga mengandung makna sebagian dari beberapa. Dengan demikian, kalimat (1) dan (2) dapat diubah dengan menggantikan kata setengah dengan separo, seperti pada kalimat berikut:
  1. Separo dari jumlah balita di desa diperkirakan kekurangan gizi.
  2. Warisan orang tuanya dibagi untuk dua anaknya, masing-masing mendapat separo bagian.
Pada kalimat contoh berikut ini, yaitu pada kalimat di atas, kata setengah tidak dapat digantikan oleh kata separo, seperti terlihat pada kalimat contoh di bawah ini.
  1. Setengah jam yang lalu orang itu meninggalkan tempat ini.
  2. *Separo jam yang lalu orang itu meninggalkan tempat ini.
  3. Bagi Indra, nilai delapan setengah dapat diperoleh dengan mudah.
  4. *Bagi Indra, nilai delapan separo dapat diperoleh dengan mudah.

Esok dan Besok

Kata esok dan besok adalah kata dua kata yang sering dipertukarkan pemakaiannya. Namun, pada contoh berikut keduanya tidak dapat dipakai saling bergantian.
  1. Esok lusa (bukan: besok lusa) kita perbaiki jalan hidup ini agar menjadi lebih baik.
  2. Kita jelang hari esok (bukan: hari besok) yang lebih baik dengan kerja keras dan budi luhur.
Esok lusa dan hari esok dari contoh di atas berarti 'saat yang akan datang' atau 'masa depan', sedangkan besok lusa, alih-alih lusa, berarti 'dua hari sesudah hari ini', sedangkan hari besok, alih-alih besok, berarti 'hari sesudah hari ini;.
Pada contoh berikut pun keduanya tidak dapat digunakan saling bergantian.
  1. "Kapan Anda berangkat? "Besok. (bukan esok).
  2. Ia datang besok pagi (bukan esok pagi).
Pada contoh berikut ini kata mengesokkan dan membesokkan dapat dipakai bergantian.
Jangan mengesokkan/membesokkan pekerjaan hari ini.
Kata mengesokkan dan membesokkan keduanya dapat digunakan pada kalimat di atas, masing-masing dengan makna 'menangguhkan sampai esok' atau 'menangguhkan sampai waktu yang akan datang' dan 'menangguhkan sampai besok' atau 'menangguhkan sampai satu hari kemudian'.

Menemui dan Menemukan

Permasalahan
Di dalam percakapan sehari-hari kata menemui dan menemukan sering dipertukarkan pemakaiannya, padahal kedua kata itu berbeda.
Penjelasan
Kedua kata itu diturunkan dari kata dasar temu , yang sama-sama mendapat awalan meng-, tetapi dengan akhiran yang berbeda. Akibatnya, terjadilah perbedaan bentuk, makna, dan pemakaiannya. Urutan pembentukan kedua kata itu seperti berikut.
             temu -> temukan -> menemukan -> temui -> menemui
Kata menemukan berarti 'mendapatkan sesuatu yang belum pernah ada'; 'mendapatkan sesuatu yang memang sudah ada sebelumnya'; 'mengalami' atau 'menderita'; 'mendapatkan'. Kita perhatikan contoh berikut.
1.       Marconi adalah orang pertama yang menemukan pesawat radio.
2.       Columbus menemukan Benua Amerika pada 1492
Marconi menemukan benda teknologi (radio) yang belum pernah ditemukan sebelumnya, tetapi Columbus menemukan Benua Amerika yang memang sudah ada. Radio adalah sebuah temuan atau invensi (bahasa Inggris: "invention"), tetapi temuan (bahasa Inggris: "discovery") Columbus tidak dapat disebut invensi.
Kata menemui memiliki banyak arti, antara lain, 'menjumpai' atau 'mengunjung', seperti dalam contoh berikut.
1.       Besok kami akan menemui (mengunjungi) penghuni panti jompo.
2.       Ketika sampai, saya akan segera menemui (menjumpai) ketua yayasannya.
Kata menemui juga digunakan dalam ungkapan menemui ajal, yang berarti 'memenuhi (panggilan) ajal', seperti dalam kalimat berikut.
Manusia jangan hanya berfikir bahwa hidup ini hanya sekedar menemui takdir Illahi.
Di samping itu, kata menemui juga berarti 'memenuhi kesepakatan', seperti pada contoh berikut ini.
Saya datang kemari untuk menemui janji ayahmu.

Termohon dan Pemohon

Permasalahan
Ada sementara orang yang mempertanyakan arti kata termohon. Mereka beranggapan bahwa kata tersebut berarti 'tidak sengaja dimohon'.
Penjelasan
Awalan ter- memang memiliki arti, (1) 'tidak sengaja' seperti pada kata tertidur atau terbawa dan (2) 'paling' seperti pada kata terpandai atau terjauh. Itulah sebabnya, kata termohon sering diartikan 'tidak sengaja dimohon'. Padahal, arti awalan ter- tidak hanya itu. Arti awalan ter- yang lain adalah 'dapat di-' atau 'dalam keadaan di-' seperti dalam kalimat berikut.
1.       Masalah itu teratasi saat petugas keamanan datang di lokasi kejaidan.
2.       Pintu rumahnya terbuka ketika dia pulang tadi.
Kata teratasi pada kalimat (1) berarti 'dapat diatas' dan kata terbuka pada kalimat (2) berarti 'dalam keadaan dibuka'.
Bagaimana dengan kata termohon? Awalan ter- pada kata termohon sama artinya dengan awalan di-. Jadi, termohon berarti 'orang yang dimohoni'. Sementara itu, kata tertuduh berarti 'orang yang dituduh', terdakwa berarti 'orang yang didakwa', dan terhukum berarti 'orang yang dihukum'. Awalan ter- pada tertuduh, terdakwa, terpidana, dan terhukum berarti 'orang yang di ...' dengan peran penderita /pasien, sedangkan awalan ter- pada termohon berarti 'orang yang dimintai permohonan'. Dalam bidang hukum yang dimohon itu ialah 'pemulihan nama baik'. Jadi, termohon tidak sejajar dengan tertuduh, terdakwa, terpidana, dan terhukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar